Rabu, 11 Juli 2012

Story 1: The Legend of Devil Hearts of The Last Century Part 4

BAGIAN TIGA

-Buku Diary di Perpustakaan Lantai 3-

" Yaelah.. Gua sendiri lagi. Kagak enak banget. Sabar ajj dah gua.. " keluhku.

Aku pun berkeliling di dalam istana tersebut. Yang lain ? Mane Gue tau..
Pokoknya yang Gua tahu, berpencar. Cari petunjuk. Selesai.
(#enggak ada niat nih anak..)


" Humm..  Bete tahu. Gua pikir bakal-an ada hal yang menarik gitu. Tahu-tahu enggak ada apa-apa. Mengecewakan nih. " dari tadi aku terus mengeluh. Sampai di saat aku sedang mencari, tiba-tiba . . . .

" DOO~RRR~ "  ada seseorang yang tiba-tiba mengagetkanku.
" Huaaa !! Hiatt !!! " dengan spontan, aku membanting orang tersebut.
" Woi.. Duh.. G*la.. Sakit Be*o.. " siapa lagi kalau bukan George yang sedang tergeletak di lantai karena tadi habis ku-banting.
" Sorry.. Gua kan gak tahu.. " kataku.
" Ishh... Nyut-nyutan nih.. " kata George kesakitan.
" Sorry dah..." kataku.
" Ckckck.. Ehh.. " kata Danny.
" Apa-an? " kata George.
" Kagak deh.. " kata Danny membingungkan.
" Kenapa sih lu? " tanya George bingung.
" Enggak... "
" Yo wes lah.." kata George membiarkan.
" Maaf, tuan-tuan.. Saat-nya makan siang, silahkan ke ruang makan. " kata Pak Itto.
" Yang lain-nya gimana?" tanya George.
" Teman-teman anda sudah menunggu di ruang makan. " jelas Pak Itto.
" Baiklah, kita sudahi dulu, nanti kita lanjutkan lagi, " kata George.
" Okey.." kata Danny.
" Hmm..." heranku.
" Kenapa, dy? Ayo..." ajak Danny.
" Ehh.. I-iya.. " Aku pun menyusul George dan Danny.


Di saat kami sedang makan, Aku memikirkan sesuatu yang aneh. Yahh.. Mungkin saja itu hanya perasaanku saja. Tetapi aku merasa tidak enak. Hari telah menjelang senja, aku pun memutuskan untuk beristirahat. Teman-teman yang lain juga merasa kelelahan. Seharian kami berpencar, tetapi kami tidak menemukan apa-apa. George sang ketua komunitas UIPMC juga mengerti kondisi kami. Akhirnya kami semua setuju untuk beristirahat dan melanjutkan pencarian sampai esok hari. 


Keesokan hari-nya, yaitu tanggal 30 Septerber 20XX. Kami pun melanjutkan pencarian. Yah.. Sama seperti kemarin. Kami tidak menemukan apa-apa. Kami pun berkumpul di ruang tamu untuk membicarakan gerakan apa yang akan kami lakukan setelah ini. Rasanya jalan otak sudah buntu. Tidak ada petunjuk yang mengarah ke peristiwa beberapa abad yang lalu.

" Gimana nih ? " tanya Alicia.
" Gua juga gak tahu. " kata George yang sudah putus asa.
" Arghh.. Lu jadi ketua gimana sih ?! " kata Steven menyalahkan George.
" Kenapa jadi nyalahin gua sih.. " kata George sewot.
" Sudahlah.. Jangan bertengkar. Lebih baik kan kita bekerja sama, " kata Alicia.
" Hoi ! gimana kalau kita bertanya lebih detail tentang peristiwa tragis itu." kata Danny memberi ide.
" Nanya ke siape ?? " tanya George.
" Tanya Pak Itto lah.." jelas Danny.
" Entahlah.. Gua gak yakin.." kata George.
" Bagaimana kalau kita cek yang di lantai tiga ? " kata A.C.
" Oiya ya.. Selama ini kita hanya cek di lantai dua. Good idea, A.C, " kata George.
" Haha.. Sok pake Bahasa Inggris lu.." kata Steven bercanda.
" Huh! " kesal George.
" Mending kita coba sekarang yuk.. Aku juga penasaran di lantai tiga itu ada apa." kata Michi.
" Ok deh.. Lho? yang lain pada kemana nih? " kata Alicia heran.
" Yang lain sedang belajar masak bareng Pak Itto dan Bu Hyaka, " jelas Michi.
" HAH?! Belajar masak?? " kata George, Alicia, Steve, Danny, A.C, dan Linguene berbarengan.
" Eh.. Thady kemana ya? " kata Alicia.
" Auu tuh.. Ngilang-nya cepat banget." kata Steven.
" Ehh.. Parah.. Mungkin saja dia lagi ke dapur lihat kue. " kata Michi.
" Gue ke dapur ya.. " kata Linguene.


Sedangkan itu di dapur.

" Huaa.. Gosong !!!! " teriak Misha.
" Enggak kok.. Cepat di balik pan cake-nya, " kata Harmony.
" Duhhh... Coklat-nya belepotan, Mony-chan.." keluh Karen.
" Karen, angkat Icing-nya agak tinggi.." saran Harmony.
" Ba-baik.. " kata Karen sambil mengikuti saran Harmony.
" Wahh.. Para wanita sedang membuat kue buat aqyu ya.. Thx yaa.." kata Linguene.
" Idihh.. Siapa lagi yang mau bikinin orang genit kayak lo.." kata Misha.
" Kok kasar banget sihh.. Cewek cantik tuh gak boleh berkata kasar tau. Gak maniszz.." kata Linguene.
" Ikhh.. Biarin ajj, " kata Misha sewot.
" Uwahaha.. Kalian ini lucu dehhh.." tawa Karen.
" Fufu.. Linguene mau coba? " kata Harmony.
" Uwaa.. Boleh.. Thx yaa.." kata Linguene.
" Bagaimana rasanya? " tanya Harmony.
" Pasti enak lahhh.." kata Karen.
" Yoman.. " kata Misha.
" Iya.. Enak bangetzz lho.." kata Linguene.
" Untunglah..." kata Harmony sambil tersenyum.
" Nahh.. Kayak Harmony dong.. Jadi cewek tuh manis kayak dia, " kata Linguene.
" Hiee?? " wajah Harmony memerah.
" Bhuu.. Kan kita harus punya jati diri sendiri tau! Bwekk, " kata Misha.
" Yuppy.." kata Karen.
" Yoman.. Eh.. Liat Thady gak? " tanya Linguene.
" Enggak tuh.." kata Misha.
" Waduh.. Tuh anak dari tadi enggak keliatan.." kata Linguene heran.
" Mungkin sedang menyelidiki sesuatu.." kata Harmony.
" Ato enggak dia ketangkep setan kali ya.. Khikhikhikhi.." kata Misha.
" Haha.. Ley to the bay lu.. Enggak mungkin lahh.." kata Karen sambil tertawa.
" Hahah.. JK gan.." kata Misha.
" Hhaha.. Kita kedepan yuk, " ajak Harmony.
" Ayok, " kata Linguene.


Sedangkan Aku sendiri sedang di lantai tiga. Aku penasaran dengan ruangan-ruangan di lantai 3. Di dalam istana ini ada 5 lantai, ditambah dengan loteng. Di lantai 3, aku menemukan sebuah perpustakaan raksasa. Banyak buku bersejarah disana, dan pastinya ada buku misteri juga, dan aku pun menyukainya. Mungkin selama aku membaca, mereka pasti sedang kebingungan. Sepertinya aku kabur nih.. 


Tetapi pencarianku membuahkan hasil. Aku tidak sengaja menemukan sebuah buku diary milik seorang laki-laki bernama Pharos Peterson. Yeah.. Dan aku yakin, buku ini ada hubungannya dengan peristiwa tragis beberapa abad yang lalu. Maybe yes, maybe no. Just try it..



-To be continue-
 

Salam " Thady "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar