-UIPMC : Kasus Pembunuhan Berantai di Sebuah Kontrakan Kecil-
PROLOG
Pada waktu itu, di negara Nippon, hiduplah sebuah keluarga yang harmonis. Mereka sangat bahagia. Mereka mempunyai 2 orang anak angkat dan hidup berkelebihan uang dan harta. Oleh karena itu, mereka menjadi orang yang sombong dan angkuh. Terkecuali kedua anak angkat mereka, Honda Rokudo dan Honda Rikuto. Mereka agak kesal dengan tingkah laku kedua orang tua angkatnya itu, Bapak Honda Kushimoto dan Ibu Honda Kurieya. Padahal sebelum mereka menjadi orang kaya, mereka hidup sangat bahagia walaupun keuangan mereka biasa aja. Tetapi sejak ayahnya menjabat sebagai orang penting di perusahaan besar, mereka menjadi lupa diri dan melakukan hal-hal seenak mereka.
Rokudo dan Rikuto tidak suka bersikap seperti itu. Mereka selalu berendah hati pada tetangga mereka. Mereka juga aktif menyelenggarakan kotak amal untuk orang-orang yang tidak mampu. Pastinya mereka juga menyisihkan sebagian harta mereka untuk amal ini. Tetangga-tetangga mereka sangat berterimakasih pada kedua bersaudara itu. Berkat Rokudo dan Rikuto, mereka dapat hidup berkecukupan. Sebagai ucapan terimakasih, mereka sukarela menjadi pelayan kedua bersaudara tersebut. Tetapi tetap saja, kedua bersaudara itu tidak mau menganggap mereka sebagai pelayan, melainkan sebagai teman.
Tetapi orang tua angkat mereka sangat membenci tetangga-tetangga mereka. Mereka beranggapan bahwa anak-anak mereka dipaksa untuk menyerahkan harta mereka ke semua rakyat miskin. Padahal hal itu Rokudo dan Rikuto sendirilah yang ingin berbagi pada rakyat yang kurang mampu.
Suatu hari, keluarga Honda mengalami krisis keuangan. Perusahaan besar yang dikoordinir Pak Honda bangkrut, membuat Pak Honda mengalami kerugian besar. Mereka pun meminjam uang ke berbagai orang agar tetap hidup berkelebihan. Bahkan Pak Honda sampai melakukan perjudian.
Tetapi Rokudo dan Rikuto tidak terpengaruh. Mereka sudah terbiasa hidup sederhana dengan rakyat-rakyat yang kekurangan. Maka, mereka pun bekerja untuk mencari penghasilan sehari-hari. Mereka bekerja sebagai petani, sebagai pengrajin rotan, sebagai peternak, sebagai pengrajut, dan sebagainya. Walaupun pekerjaan mereka sederhana dan tidak menghasilkan banyak uang, tetapi mereka bangga karena dapat menghidupi kebutuhan mereka sendiri tanpa harus meminta orang tua angkat mereka lagi.
Tetangga mereka juga sering membantu kedua bersaudara tersebut. Mereka terkadang membagi sebagian rezeki mereka untuk biaya makan mereka. Mereka juga menawarkan berbagai pekerjaan agar kedua bersaudara tersebut dapat bekerja dan mendapatkan rezeki dari mereka.
Setelah uang mereka cukup banyak, kedua bersaudara tersebut ingin membeli sebuah rumah. Sesaat mereka sedang menghitung hasil jeripayah mereka, tiba-tiba kedua orang tuanya mendobrak pintu tersebut.
" Kalian, dari mana kalian mendapat uang sebanyak itu ?! " bentak ayahnya.
" I-itu, kami bekerja sendiri ayah, " jawab Rikuto.
" Sini !!! Berikan padaku !! " bentaknya.
" Enak saja !! Ini uang kami !! " bentak sang kakak, Rokudo.
" Kalian tinggal disini !! Makan disediain !! Maka kalian harus bayar !! " bentaknya lagi.
" Enak saja !! " bentak Rokudo.
Terjadilah perkelahian antara sang kakak, Rokudo, dengan ayahnya. Sedangkan ibunya sedang berusaha merebut uang itu dari tangan Rikuto.
" Rikuto sayang, uang ini ibu ambil ya, " kata ibunya lembut.
" Tidak mau !! Ini uangku dan kakak !! " bentak Rikuto.
" Berikan pada ibu, anak nakal !! " bentak ibunya sambil merebut uang itu dari Rikuto.
" Tidak mau !! Tidak akan kuserahkan padamu !! " bentak Rikuto.
Sedangkan itu, Sang ayah menyudut Rokudo. Ia pun mengambil benda keras dan memukul punggung Rokudo dengan sekuat tenaga. Sang kakak pun berteriak kesakitan.
" Argghhh !!!! "
" Kakak !!! " teriak Rikuto.
" Serahkan uang itu atau dia akan mati !! " kata sang Ayah.
" Lari, Rikuto !!! " teriak sang kakak.
" Ka-kakak ?! " bimbang Rikuto.
Rikuto pun langsung mengambil kantung yang berisi banyak sekali jarum. Sejak dulu, Rikuto sangat suka dengan jarum dan benang. Dia ahli membuat rajutan, dan sekarang ia gunakan jarum itu. Ia lemparkan beberapa jarum itu, dan tepat mengenai bagian leher ayahnya. Seketika ayahnya terkukur kaku di lantai. Rikuto juga melakukan hal yang sama kepada sang ibu. Tetapi kedua orang tua yang tidak berperasaan itu dibiarkan hidup, karena Rikuto tidak mungkin membunuh kedua orang tuanya. Akhirnya sang kakak dapat diselamatkan oleh Rikuto.
Setelah itu, para tetangga yang melihat Rokudo terluka segera menolong dia. Rokudo dirawat di sebuah rumah sederhana yang asri. Sementara itu, Rikuto membeli sebuah rumah kecil didekat tempat dirawatnya Rokudo. Mereka pun hidup bahagia di rumah baru mereka.
Beberapa tahun setelahnya, tiba-tiba saja orang tua mereka datang ke rumah dua bersaudara itu sambil membawa pedangnya. Sang kakak yang saat itu sedang bekerja, meninggalkan sang adik sendiri di rumah. Diketuklah depan pintu rumahnya.
" I-itu, kami bekerja sendiri ayah, " jawab Rikuto.
" Sini !!! Berikan padaku !! " bentaknya.
" Enak saja !! Ini uang kami !! " bentak sang kakak, Rokudo.
" Kalian tinggal disini !! Makan disediain !! Maka kalian harus bayar !! " bentaknya lagi.
" Enak saja !! " bentak Rokudo.
Terjadilah perkelahian antara sang kakak, Rokudo, dengan ayahnya. Sedangkan ibunya sedang berusaha merebut uang itu dari tangan Rikuto.
" Rikuto sayang, uang ini ibu ambil ya, " kata ibunya lembut.
" Tidak mau !! Ini uangku dan kakak !! " bentak Rikuto.
" Berikan pada ibu, anak nakal !! " bentak ibunya sambil merebut uang itu dari Rikuto.
" Tidak mau !! Tidak akan kuserahkan padamu !! " bentak Rikuto.
Sedangkan itu, Sang ayah menyudut Rokudo. Ia pun mengambil benda keras dan memukul punggung Rokudo dengan sekuat tenaga. Sang kakak pun berteriak kesakitan.
" Argghhh !!!! "
" Kakak !!! " teriak Rikuto.
" Serahkan uang itu atau dia akan mati !! " kata sang Ayah.
" Lari, Rikuto !!! " teriak sang kakak.
" Ka-kakak ?! " bimbang Rikuto.
Rikuto pun langsung mengambil kantung yang berisi banyak sekali jarum. Sejak dulu, Rikuto sangat suka dengan jarum dan benang. Dia ahli membuat rajutan, dan sekarang ia gunakan jarum itu. Ia lemparkan beberapa jarum itu, dan tepat mengenai bagian leher ayahnya. Seketika ayahnya terkukur kaku di lantai. Rikuto juga melakukan hal yang sama kepada sang ibu. Tetapi kedua orang tua yang tidak berperasaan itu dibiarkan hidup, karena Rikuto tidak mungkin membunuh kedua orang tuanya. Akhirnya sang kakak dapat diselamatkan oleh Rikuto.
Setelah itu, para tetangga yang melihat Rokudo terluka segera menolong dia. Rokudo dirawat di sebuah rumah sederhana yang asri. Sementara itu, Rikuto membeli sebuah rumah kecil didekat tempat dirawatnya Rokudo. Mereka pun hidup bahagia di rumah baru mereka.
Beberapa tahun setelahnya, tiba-tiba saja orang tua mereka datang ke rumah dua bersaudara itu sambil membawa pedangnya. Sang kakak yang saat itu sedang bekerja, meninggalkan sang adik sendiri di rumah. Diketuklah depan pintu rumahnya.
TOK .. TOK .. TOK ..
Dibukalah pintu itu oleh sang adik.
" Ya, siap- " kata-kata Rikuto yang terputus.
Tiba-tiba saja tanpa basa-basi, langsung saja sang ayah mengkibaskan pedangnya. Rikuto yang kaget langsung meloncat ke belakang. Sang ayah pun langsung mengejar Rikuto. Rikuto segera berlari ke luar rumah lewat pintu belakang.
Sang kakak, Rokudo, melihat Rikuto berlari. Ia segera menghampiri sang adik.
" Hei, kau kena- " kata-kata Rokudo yang terputus.
Rikuto segera menarik Rokudo. Ia pun terheran-heran.
" Oii.. Kau kenapa ?!?! " heran Rokudo.
" A-ada ayah ingin membunuh kita !!! " jelas Rikuto sambil berlari.
" A-apa ?! Kalau begitu, ayo kita ke tetangga kita untuk berlindung, " saran Rokudo.
" Baiklah, kak, " kata Rikuto.
Mereka segera berlari ke rumah tetangga mereka dan menjelaskan apa yang terjadi. Setelah itu, para tetangga tersebut segera berkumpul di rumah tersebut untuk melindungin kedua bersaudara itu. Tetapi sang ayah tega membunuh tetangga-tetangganya sendiri.
Tinggal Rokudo dan Rikuto yang masih hidup dan sedang terpojok karena ayahnya. Rokudo berusaha untuk melindungi adiknya. Dan . . . .
" Kak ?? " panggil Rikuto.
Dia melihat Rokudo tertusuk pedang ayahnya. Rikuto tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia takut sekaligus bimbang. Dia bingung harus melakukan apa. Perasaan kesal, benci, marah dan dendam bercampur aduk menjadi satu. Tetapi dia hanya tertegun melihat sang kakak yang sudah tidak bernyawa lagi.
Rikudo tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk menyelamatkan Rokudo. Hanya satu yang terpikir di dalam hatinya.
Akan ku bunuh orang-orang yang membunuh kakakku !!
Tanpa pikir panjang, Rikuto mengambil kantung kesayangannya yang berisi jarum-jarum untuk merajut, dan melemparkan jarum-jarum tersebut ke arah ayah dan ibu angkatnya itu. Mereka pun akhirnya MATI.
Kakaknya mati, orang tua angkatnya mati, tetangga-tetangganya mati, Rikuto pun sendirian di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Akhirnya dia menulis sebuah surat wasiat.
Rumah ini adalah milik semua orang-orang yanng tidak memiliki dendam dan amarah. Kuserahkan padamu, orang yang akan menempati tempat ini selanjutnya. Jikalau kau melanggar, kutukan akan menghampiri kau dan keturunanmu yang singgah di rumah ini. Kau hanya boleh menggunakan rumah ini untuk mengadakan dana amal.
Jika tidak . . .
Matahari ada di sebelah barat rumah amal. Arwah-arwah akan bangkit kembali dari dalam tanah. Menerkammu dan kau akan mati.
Setelah itu, Rikuto menggali tanah yang luas dan dalam di belakang sebelah kanan halaman rumahnya. Kemudian ia mengubur tetangga-tetangganya, orang tua angkatnya, serta kakaknya ke dalam tanah tersebut.
Setelah itu, ia mengambil pedang yang tadi digunakan ayahnya untuk membunuh kakaknya. Kemudian ia menusukkan pedang itu ke tubuhnya sendiri. Akhirnya Rikuto mengakhiri hidupnya dengan BUNUH DIRI. Pembunuhan itu menjadi tragedi bagi warga setempat, dan kemudian rumah itu tetap dibiarkan seperti sedia kala setelah pembunuhan itu.
Setelah bertahun-tahun, kira-kira 50 tahun berlalu, rumah itu dibiarkan begitu sejak pembunuhan. Ada seorang keluarga yang menumpang di rumah itu. Warga-warga yang lain tidak berani mendekat. Karena bagi mereka di rumah itu hanya ada tragedi yang mengenaskan.
-To be continue-
Salam " Author 1 "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar