Rabu, 01 Agustus 2012

Story 1: The Legend of Devil Hearts of The Last Century Part End

BAGIAN AKHIR

-Topeng yang Terlepas-

" Devil Hearts masuk ke pos empat !! " teriak George.


Alicia pun bersiap di tempatnya. Aku juga sudah siap. Saat George masuk ke dalam kamar, Alicia pun segera menutup pintunya. Di dalam pos empat hanya ada Aku, George, dan Si Devil Hearts.

" So, elu ya yang ngirim surat gak jelas, menculik teman-teman kami, dan membuat gaduh istana ini ?? " tanyaku serampangan.
" Iya~! Kalian menjebakku ! Mana golden key to the heaven ?! " kata Devil Hearts dengan nada nge-scream gitu.
" Kasih tau dulu dimana teman-temanku, Pak Itto, " kataku.
" HAH ?? PAK ITTO ??!! " kagen George.
" Benar kan ?? " tanyaku.
" Baiklah, saya mengaku. " kata Devil Hearts.


Ia pun membuka jubah dan topengnya. Ternyata memang benar yang di balik topeng itu adalah Pak Itto.
" Kok lu bisa tau ?? " tanya George.

" Banyak bukti yang gua temukan, dan semuanya cocok dengan Pak Itto. Contoh, Pak Itto adalah orang yang paling lama tinggal disini. Dia pasti tahu semua ruangan yang ada di istana. Lagi pula yang paling berhubungan dengan anggota keluarga Peterson cuma dia saja. Itu yang membuat gua curiga.
Yang kedua, gua menemukan sidik jari di pintu rahasia. Nahh.. Sidik jari itu cocok dengan punya Pak Itto. Gua ngambil sample sidik jari dari barang-barang yang biasa disentuh. " jelasku.

" Terus, motifnya apa ?? " tanya George.
" Kalau perkiraanku tidak salah, motif si pelaku adalah untuk memaksa kita mencari kunci itu, " jawabku.
" kunci emas ini ?? Maksudnya ?? " tanya George.

" Kunci yang disebut-sebut golden key to the heaven itu maksudnya adalah kunci emas menuju surga. Surga bagi manusiawi adalah harta mewah seperti emas, dan kunci itu yang menjadi kunci untuk membuka ruangan yang penuh dengan emas. Gua sudah pernah kesana dong. " jelasku.

" Benarkah itu, Pak Itto?? " tanya George.

" Ya, saya mengundang anda untuk membantu saya untuk menemukan kunci tersebut. Tetapi ternyata kunci itu malah diambil oleh Pak Banno. Karena saya tidak mungkin menceritakannya kepada anda, makanya saya melakukan ini semua. " jelas Pak Itto.

" Kenapa tidak mungkin anda menceritakaannya pada kami ?? " tanyaku.

" Emm.. Itu.. " ragu Pak Itto.
" Apakah Pak Itto takut jika harta itu kami ambil ?? " tanyaku.
" I-iya. Saya sudah berjanji dengan keturunan bangsawan terdahulu, " jawab Pak Itto.
" Janji menjaga harta ya ?? " tanya George.
" Ya. " jawabnya.
" Kalau begitu masalah sudah selesai kan ? Sekarang dimana teman-teman kami ? " tanyaku.
" Berikan dulu kunci tersebut, " kata Pak Itto.
" Tidak, kalau anda belum memberitahu dimana mereka, " jawabku.
" Kalau begitu, "


Kemudian Pak Itto menyergap George dan loncat dari jendela. Gi*a, tuh orang sudah gak waras ya? Main loncar dari lantai 2. Aku pun ikut loncat. Tak akan gua biarin George ketangkep. Lho ?? Hilaaaanggg~~ (sambil jatuh*)


" HUP . . . "


Aku di tangkap oleh Pak Itto yang sedang bergelantungan di tali.

" Anda tidak apa-apa, tuan Thady ?? " tanyanya.
" I-iya.. " jawabku lemas.

Akhirnya aku dibawa ke atas loteng. Diatas sana ada Harmony, Michi, Misha dan George.

" Kalian tidak apa-apa ?? " tanyaku.
" Iya, kami baik-baik saja, " kata Michi.

Aku pun melihat selembar kertas tergeletak di bawah dekat kakiku. Saat ku lihat, ternyata isi kertas itu adalah surat wasiat. Isinya adalah penyerahan surat tanah, harta, dan janji dari keturunan Peterson kepada keluarga Pak Banno.


" Bukankah surat tanah ini milik Pak Banno ?? " tanyaku.
" Iya. " jawab Pak Itto.
" Jadi yang harusnya memiliki kunci itu bukan bapak dong ?? " tanya George.

" Iya, maafkan saya. Tanah, harta, janji perdamaian, dan kunci tersebut seharusnya dipegang oleh Pak Banno. Tetapi saya juga memiliki janji secara turun-temurun yang berisikan tidak akan menyerahkan harta tersebut kepada Pak Banno. " jelas Pak Itto.

" Janji Pharos Peterson ya ?? " tanyaku.
" Dari mana anda tahu ?? " heran Pak Itto.

" Dibuku tertulis, bahwa keluarga anda dengan Pharos Peterson saling berteman baik, dan keluarga anda bersumpah akan terus menuruti perintah dari Pharos Peterson. Dikarenakan Pharos Peterson adalah seorang anak yang tidak pernah dianggap oleh keluarganya sendiri. Maka keluarga anda merasa iba dan terus mengapdi kepadanya. Dia berpesan 'Jangan berikan hak saya pada Lice'. Hak Phoros adalah hartanya yang berlimpah. Sedangkan menurut buku harian Pharos, Lice adalah anak yang menjadi Ratu di dalam keluarganya, salah satu keturunannya adalah Pak Banno, " kataku.

" Tepat sekali, analisis yang baik sekali, tuan Thady, " puja Pak Itto.
" Hehe.. Thanks.. " kataku.
" Jadi, apakah anda juga sudah memecahkan kasus beberapa abad yang lalu ?? " tanya Pak Itto.

" Sudah. Nahh.. Pertama reaksi luminol di ruang perpustakaan. Diduga, darah itu adalah darah Pharos Peterson dengan Lice Peterson yang sedang memperebutkan kunci itu. " jelasku.

" Lho?? Kunci ini juga ada reaksi luminol ??" heran George.

" Iya, aku bisa tahu kunci itu ada reaksi luminol karena patung yang ada di ruang perpustakaan. Patung gadis berambut panjang itu lho. Patung itu sepasang dengan kunci itu. Yang membunuh semua keturunan Peterson adalah Pharos Peterson sendiri. Dia memiliki dendam terhadap keluarganya sendiri yang telah mengabaikannya. Kemudian karena sakit hati, mungkin, dia membunuh dirinya sendiri, di loteng ini, itulah motif dari pembunuhan tragis beberapa abad yang lalu, betul kan, Pak Itto. " jelasku.

" Ya, selamat. Kalian telah berhasil mencegah pembunuhan tragis beberapa abad yang lalu. Selamat tinggal. " kata Pak Itto.

Kemudian dia loncat melalui celah loteng, tanpa tali.


" Hupp.. D-dapat.. " kataku.
" Kenapa anda menolong saya ?? " kata Pak Itto.
" Harusnya gua yang nanya, kenapa bapak berniat bunuh diri ?? " tanyaku.
" Sudah jelas kan, saya gagal menjaga wasiat Pak Peterson. " jelasnya.
" Tapi kan tidak perlu sampai bunuh diri, ukhhh.. " kataku.
" Tetapi saya harus menyerahkan harta saya yang paing berharga jika saya tidak berhasil menjaga wasiat dari tuan Peterson, " jelas Pak Itto.
" Itu maksudnya, jika anda sudah berhasil mengerti isi surat wasiat itu, dan membuka pintu rahasia tersebut, anda mempunyai tugas baru lagi, " kataku.
" Tu-tugas?? " tanyanya.

" Ya, keluarga Peterson adalah keluarga yang tidak memandang rakyat lemah, hanya Pharos Peterson yang peduli dengan rakyat kecil, itu tertulis di buku hariannya. Maksudnya Pharos Peterson menyisakan hartanya, sampai mempertaruhkan nyawa dan keluarga untuk melindungi harta itu adalah agar kelak nanti yang menemukan harta itu dapat menggunakannya untuk berbagi dengan sesama, agar semua orang termasuk rakyat-rakyat kecil dapat BAHAGIA, ingat itu Pak Itto, itulah tugas anda sekarang, jadi anda tidak boleh mati !! " teriakku.

" Terima kasih, anada telah menyadarkan saya. " kata Pak Itto.
" Sudahlah, itu nanti saja, gua sudah gak kuat lagi, " kataku.
" Ku bantu, " kata George.


Akhirnya Pak Itto mengakui kesalahannya, kemudian menyerahkan harta itu pada Pak Banno. Pak Banno pun membagi harta itu kepada rakyat-rakyat kecil. Kami juga dapat lho. Untunglah semua dapat berbahagia.


Saatnya kami kembali ke markas nih. Sudah tanggal 10 Oktober, waktunya kami pulang. Kami pun berpamitan kepada Pak Itto, Pak Banno, dan Bu Hyaka. Pengalaman kami di istana ini tidak akan kami lupakan. Lumayan dapat uang dari hasil pemecahan misteri. Emasnya banyak euy.


-The End-


---------------------------------------------------------------------------------------------------

Akhirnya Story 1: The Legend of Devil Hearts of The Last Century selesai juga. Lumayan banyak nih chapternya. Aku capek ngetiknya. (=w=)b Tapi yang penting selesai kan. Bagaimana menurut kalian, ceritanya menarik kan?? Semoga kalian menyukainya ya.

Di Story 2, aku belum tahu mau bikin cerita seperti apa. Kayaknya Thady DKK lagi kelelahan setelah kasus kemarin. Jadi aku akan mengumpulkan datanya agak lama.

OK deh.. Saatnya Author 1 pamit dulu. Si Author 2 gak tau nih kemana. Ngilang ditelan angin. Sampai bertemu lagi di chapter selanjutnya. Terimakasih sudah membaca blog ini, dan maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan dihati para pembaca. Sayonnara~



Salam " Author 1, Alicia "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar